“Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna”. [2 Korintus 12 : 9].
David Ring adalah seorang motivator yang kuat, berceramah lebih dari 250 kali setiap tahunnya, mempunyai seorang istri yang dicintainya, serta empat orang anak yang sehat dan staf manajemen bertalenta. Minggu demi minggu orang berkerumunan menyaksikan dia. David dalam penampilannya terlihat berhasil, tetapi tidaklah selalu demikian.
David “terlahir mati”, artinya harus dibantu dengan oksigen, dan kekurangan ini menyebabkan cerebral palsy. Kakak-kakak lelakinya meninggal karena hemophilia. Orang tuanya bercerai. Ketika David berumur 11 tahun ayahnya meninggal karena kanker; ibunya juga meninggal karena kanker ketika dia berumur 14 tahun, menyebabkan ia yatim piatu. Keluarganya ingin memasukkan ia ke panti asuhan; ia sangat marah dan menyesali dirinya. Ia membenci Allah, dan terlebih dari itu ia membenci dirinya.
David kemudian ditantang untuk memilih; ia mendapat suatu permulaan baru melalui Yesus Kristus atau ia terus bergelut dalam kesengsaraan yang akut. David menerima tujuan Allah untuk kehidupannya dengan kondisi cerebral palsy dan lain-lainnya. Ia menerima Kristus, dan dengan berlaku demikian, ia segera dirangkul oleh orang-orang Kristen lainnya. Yang terbaik dari semuanya itu, ia belajar untuk menerima sebagaimana dirinya dan bersyukur kepada Tuhan yang telah membuatnya dengan sangat menakjubkan.
Sekarang, David masih berjalan timpang dan gagap berbicara, Tetapi dengan cara dia yang unik mengatakan pada hadirin, “Jangan bertanya MENGAPA, tetapi APA. Apa yang Engkau Tuhan ingin saya perbuat dengan masalah saya? Bagaimana saya dapat memuliakan Engkau dengan KEADAAN SAYA?”.
Catatan: “Celebral palsy” adalah cacat pada gerakan otot karena gangguan otak sewaktu lahir. “Hemophilia” adalah penyakit darah yang tidak dapat membeku, biasanya terjadi pada laki-laki.
Hal yang perlu dicamkan
Pemberdayaan diri bukanlah suatu karunia. Pemberdayaan adalah suatu pilihan. Kita harus membuat pilihan. Jika memilih menjadi korban kesukaran kita daripada memilih apa yang terbaik yang dapat kita lakukan, maka kita akan kehilangan kesempatan yang dapat membuat kita kuat. Kita harus mengetahui keterbatasan kita dan bertanya , “Apa yang Tuhan dapat lakukan agar kita berdaya berbuat hal-hal yang bermanfaat di samping kelemahan kita”.
Pemberdayaan adalah kekuatan Allah yang bekerja melalui kelemahan kita. FBL/